Berita GameEsports

10 Tim Esport Terbesar Di Dunia yang Mendominasi Turnamen

25
×

10 Tim Esport Terbesar Di Dunia yang Mendominasi Turnamen

Sebarkan artikel ini

10 tim esport terbesar yang mendominasi kompetisi internasional.

10 Tim Esport Terbesar Di Dunia yang Mendominasi Turnamen
10 Tim Esport Terbesar Di Dunia yang Mendominasi Turnamen

10 Tim Esport Terbesar di Dunia

Era Dominasi Tim Esport di Panggung Global

idngaming.com – Dunia esports telah bertransformasi dari sekadar hobi menjadi industri bernilai miliaran dolar. Di balik kesuksesannya, ada tim-tim legendaris yang terus memimpin dengan prestasi gemilang. Dari Korea Selatan hingga Eropa, organisasi esports ini tidak hanya memenangkan turnamen bergengsi tetapi juga menciptakan warisan yang menginspirasi generasi baru gamer. Artikel ini akan mengupas sepuluh tim terbesar yang menguasai panggung kompetitif global, lengkap dengan strategi, pemain ikonik, dan pengaruh mereka terhadap industri.

Bagian 1: Tim Esport Asia yang Tak Terkalahkan

Asia, terutama Korea Selatan dan China, telah lama menjadi kiblat esports. Tim-tim dari wilayah ini dikenal dengan disiplin tinggi, latihan intensif, dan inovasi taktis yang sulit ditandingi.

T1: Dinasti League of Legends
Sebagai tim paling sukses di League of Legends, T1 (d/h SK Telecom T1) telah memenangkan lima gelar Kejuaraan Dunia (2013, 2015, 2016, 2023, 2024). Faktor kunci kesuksesan mereka adalah keberadaan Lee “Faker” Sang-hyeok, sosok yang dijuluki “Michael Jordan-nya esports”. Faker bukan hanya pemain dengan reflex luar biasa, tetapi juga pemimpin yang mampu membaca meta permainan dengan presisi. Selain itu, infrastruktur pelatihan T1 yang futuristik, termasuk analisis data AI, membuat mereka tetap relevan meski usia rata-rata pemain terus bertambah.

10 Tim Esport Terbesar di Dunia
10 Tim Esport Terbesar di Dunia

Tim esport terbaik di dunia MLBB mendominasi turnamen internasional.

DWG KIA: Raja Makro Gameplay
DAMWON Gaming (sekarang DWG KIA) muncul sebagai kekuatan baru setelah memenangkan Worlds 2020 dan 2022. Tim asal Korea Selatan ini mengandalkan koordinasi tim yang sempurna dan kemampuan mengontrol peta (macro gameplay). Heo “ShowMaker” Su, sang midlaner, sering disebut sebagai penerus Faker berkat keputusan strategisnya yang brilian. Kemenangan mereka di Worlds 2022 melawan T1 sendiri menjadi bukti bahwa rivalitas internal Korea Selatan masih menjadi penentu tren global.

Natus Vincere (NAVI): Kebanggaan Eropa Timur
Meski berbasis di Ukraina, NAVI kerap dianggap sebagai bagian dari kekuatan Asia karena gaya bermain agresif mereka. Di CS:GO, NAVI sukses merebut gelar PGL Major Stockholm 2021 berkat performa Oleksandr “s1mple” Kostyliev, yang diakui sebagai salah satu sniper terbaik sepanjang masa. Selain itu, divisi PUBG Mobile mereka juga mendominasi turnamen regional EMEA, membuktikan fleksibilitas organisasi ini di berbagai game.

Bagian 2: Eropa dan Amerika, Kekuatan yang Tak Bisa Diabaikan

Jika Asia unggul dalam disiplin, Eropa dan Amerika dikenal dengan kreativitas dan adaptasi cepat terhadap perubahan meta. Tim-tim dari wilayah ini kerap mengejutkan lawan dengan strategi tak terduga.

OG: Inovator Dota 2 yang Revolusioner
OG membuat sejarah dengan menjadi tim pertama yang memenangkan The International (TI) dua kali berturut-turut (2018 dan 2019). Kunci kemenangan mereka terletak pada kemampuan bermain off-meta, seperti penggunaan hero tak lazim yang justru membingungkan lawan. Johan “N0tail” Sundstein, kapten sekaligus pendiri OG, juga menekankan pentingnya chemistry tim. Kisah mereka yang bangkit dari kegagalan kualifikasi TI 2017 menjadi juara TI 2018 menjadi inspirasi bagi banyak tim underdog.

Astralis: Mastermind CS:GO
Astralis dari Denmark dianggap sebagai tim CS:GO terbaik sepanjang masa dengan empat gelar Major. Mereka memperkenalkan konsep utility meta, di mana penggunaan granat dan flashbang dioptimalkan untuk mengontrol area. Pemain seperti Peter “dupreeh” Rasmussen dan Lukas “gla1ve” Rossander tidak hanya mahir menembak tetapi juga ahli dalam psikologi pertandingan. Astralis juga mempelopori penggunaan psikolog olahraga dalam pelatihan, sebuah praktik yang kini diadopsi luas.

Tim Esport FF terbaik di Indonesia membuktikan kualitas dengan berbagai kemenangan.

Sentinels: Penguasa Awal Valorant
Sebagai pemenang Valorant Champions Tour Masters Reykjavik 2021, Sentinels menjadi simbol dominasi Amerika Utara di game tembak-menembak Riot Games. Tyson “TenZ” Ngo, yang awalnya dipinjam dari Cloud9, menjadi bintang utama dengan kemampuan operasional karakter Jett dan Reyna yang memukau. Namun, konsistensi mereka dipertanyakan setelah gagal mempertahankan gelar pada 2023, menunjukkan betapa kompetitifnya scene Valorant global.

Bagian 3: Tim Multigame yang Menjadi Legenda

Beberapa organisasi tidak hanya fokus pada satu game, tetapi membangun kerajaan di berbagai judul kompetitif.

Fnatic: Pelopor Esports Global
Didirikan pada 2004, Fnatic adalah salah satu organisasi esports tertua. Mereka memenangkan Worlds League of Legends pertama (2011) dan tetap kompetitif di CS:GO serta Valorant. Fnatic juga dikenal sebagai tim pertama yang menerapkan sistem content house, di mana pemain tinggal dan berlatih bersama sambil membuat konten untuk fans.

Team Liquid: Konsistensi Adalah Kunci
Dengan investasi besar dari pemilik seperti Steve Arhancet, Team Liquid sukses di Dota 2 (juara TI7) dan CS:GO. Mereka juga merambah game seperti Rainbow Six Siege dan Apex Legends. Keunggulan Liquid terletak pada manajemen pemain yang humanis, termasuk program kesehatan mental dan pelatihan fisik.

FaZe Clan: Branding dan Prestasi
FaZe Clan mungkin lebih terkenal sebagai content creator ketimbang tim kompetitif, tetapi divisi Call of Duty dan CS:GO mereka tetap disegani. Kolaborasi dengan selebriti seperti Snoop Dogg dan Lionel Messi memperluas pengaruh mereka di luar dunia gaming. Namun, prestasi mereka di turnamen besar cenderung fluktuatif, dengan gelar terakhir diraih di IEM Cologne 2022.

Bagian 4: Dampak dan Masa Depan Esports

Dominasi tim-tim ini tidak hanya tentang trofi, tetapi juga bagaimana mereka membentuk industri.

Peningkatan Investasi dan Infrastruktur
Kesuksesan T1 dan Astralis menarik investor seperti SK Telecom dan Novo Nordisk, yang mendanai fasilitas pelatihan berteknologi tinggi. Kini, pemain esports memiliki akses ke ahli gizi, pelatih fisik, dan analisis data real-time.

Esports sebagai Karir Profesional
Gaji pemain top seperti Faker (diperkirakan $5 juta/tahun) dan s1mple ($2,5 juta/tahun) membuat esports dianggap sebagai karir viable. Banyak universitas juga menawarkan beasiswa esports, seperti Universitas Kentucky yang bermitra dengan FaZe Clan.

Tantangan ke Depan
Persaingan semakin ketat dengan munculnya tim baru seperti G2 Esports dan DRX. Selain itu, isu burnout pemain dan perbedaan regulasi antar negara menjadi hambatan yang perlu diatasi.

Penutup: Siapa yang Akan Bertahan di Puncak?

Sepuluh tim ini telah membuktikan diri sebagai yang terbaik, tetapi dinamika esports selalu berubah. Inovasi, regenerasi pemain, dan adaptasi terhadap game baru akan menentukan apakah mereka tetap dominan atau tergantikan oleh pendatang baru. Satu hal yang pasti: esports tidak akan pernah kehabisan cerita menegangkan untuk diikuti.

idngaming.com – Sumber terpercaya untuk berita gaming terkini dan analisis mendalam!