Evolusi Esports Indonesia
idngaming.com – Halo semunya selmat datag di IDN Gaming, tempanya updata berita seputar game, kali inikata akan bahas sebuah perjalanan yang luar biasa, sebuah kisah tentang bagaimana hobi yang awalnya dianggap sebelah mata kini telah bertransformasi menjadi sebuah industri yang mentereng dan disegani. Ya, kita akan mengupas tuntas tentang evolusi esports di Indonesia, sebuah perjalanan epik yang dimulai dari bau khas kipas angin warnet, gemercik keyboard, dan seruan “First Blood!” di game DotA 1, hingga akhirnya bergema di panggung megah Stadion Gelora Bung Karno.
Perjalanan ini bukan hanya tentang game, ini adalah cerita tentang perjuangan, adaptasi, komunitas, dan lahirnya pahlawan-pahlawan baru di era digital. Mari kita gulung waktu dan telusuri setiap babak penting dalam sejarah esports Tanah Air.
Babak 1: The Genesis – Perang Warnet dan Lahirnya Legenda DotA
Sebelum ada turnamen berhadiah miliaran rupiah, sebelum ada jersey tim yang dijual bebas, sebelum ada atlet esports yang diakui negara, ada warnet. Ya, warnet (warung internet) adalah kandang utama, adalah wadah pertama bagi benih-benih esports Indonesia tumbuh dan berkembang. Di awal tahun 2000-an, ketika koneksi internet di rumah masih menjadi barang mewah, warnet menjadi satu-satunya tempat bagi para gamer untuk bisa bersatu.
Game yang menjadi pemicu ledakan komunitas kompetitif pertama di Indonesia tak lain adalah DotA (Defense of the Ancients), khususnya versi yang berjalan di atas game Warcraft III: The Frozen Throne. DotA bukanlah game yang mudah. Ia menuntut strategi, kerja tim, mekanik yang presisi, dan pemahaman mendalam akan puluhan hero yang terus bertambah. Inilah yang membuatnya sangat adiktif dan, yang terpenting, sangat cocok untuk dimainkan secara kompetitif.
Lingkungan warnet era itu adalah sebuah medan pertempuran tersendiri. Suara benturan klavier keyboard yang diketuk keras-keras, teriakan pemain yang frustasi karena “gank” dari musuh, atau sorak-sorai kemenangan setelah menghancurkan “Ancient” lawan menjadi soundtrack harian. Setiap warnet memiliki “tim andalan”, sekelompok anak muda yang hampir setiap sore berkumpul untuk berlatih dan menantang tim dari warnet lain. Kompetisi tidak resmi ini, yang sering kali hanya berhadiah “bebas bayar sewa” atau sekadar “gengsi”, adalah cikal bakal dari mental kompetitif yang akan dibawa oleh para pemain ke level selanjutnya.
Nama-nama seperti XcN (eXecutionerN), Nutz, MiTH-Trust, dan RRQ (Rex Regum Qeon) di masa-masa awalnya, lahir dari ekosistem warnet ini. Mereka adalah pionir, para pejuang yang membawa bendera Indonesia ke turnamen-turnamen regional seperti WCG (World Cyber Games) Asian Championship atau SMM (San Miguel) Grand Final di Malaysia. Meski belum berhasil meraih juara dunia, partisipasi mereka sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Indonesia punya potensi besar di kancah internasional. Mereka bermain dengan semangat juang tinggi, seringkali dengan modal seadanya, membuktikan bahwa passion bisa mengalahkan keterbatasan.
Babak 2: Era Transisi – Dominasi Point Blank dan League of Legends
Ketika popularitas DotA 1 perlahan mulai redup, industri game tidak berdiam diri. Munculah game-game baru yang kembali memicu gelombang kompetitif baru. Dua nama yang paling menonjol di era transisi ini adalah Point Blank dan League of Legends (LoL).
Point Blank, sebuah FPS (First-Person Shooter) yang dikembangkan oleh Zepetto, secara ajaib berhasil mencuri hati jutaan gamer Indonesia. Gameplaynya yang cepat, simpel, dan mudah diakses membuatnya menjadi game wajib di hampir seluruh warnet di Indonesia. Point Blank membawa esports ke audiens yang lebih luas. Jika DotA terasa “nerdy” dan rumit, Point Blank adalah adrenalin murni yang bisa dinikmati siapa saja.
Turnamen-turnamen Point Blank, yang sering diselenggarakan oleh publisher lokal seperti Gemscool, memiliki skala yang masif. Hadiahnya menggiurkan, dan komunitasnya sangat fanatik. Tim-tim seperti ProXXI, Evos (saat itu masih di divisi PB), dan XCN kembali menunjukkan dominasinya, tapi kali ini di medan pertempuran yang berbeda. Era ini menunjukkan bahwa esports Indonesia tidak hanya bergantung pada satu genre game.
Di sisi lain, League of Legends datang sebagai penerus spiritual dari genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang dipopulerkan oleh DotA. Dengan grafis yang lebih baik, mekanik yang lebih halus, dan dukungan dari developer Riot Games yang sangat gencar menyelenggarakan turnamen resmi, LoL dengan cepat mengambil alih panggung. Era LoL adalah era dimana esports Indonesia mulai terlihat lebih “terorganisir”. Ada liga reguler, ada siaran langsung (live streaming) yang mulai marak, dan munculnya caster (komentator) profesional yang membuat pertandingan semakin hidup.
Meskipun tim Indonesia belum sejaya tim-tim dari negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia di panggung internasional LoL, scene lokalnya sangatlah subur. Kompetisi seperti Garena Premier Division (GPD) menjadi ajang panas bagi tim-tim terbaik Tanah Air untuk unjuk gigi. Era ini juga menandai awal dari profesionalisasi, di mana pemain mulai mendapatkan gaji bulanan, meskipun belum sebesar sekarang.
Babak 3: Ledakan Mobile – Kebangkitan Mobile Legends: Bang Bang
Jika ada satu titik balik yang benar-benar mengubah peta esports Indonesia selamanya, itu adalah kemunculan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB). Game MOBA mobile ini, yang diluncurkan oleh Moonton, secara revolusioner membawa esports ke telapak tangan jutaan orang. Jika sebelumnya Anda butuh PC atau laptop di warnet, sekarang Anda bisa bertanding kapan saja dan di mana saja hanya dengan sebuah smartphone.
Aksesibilitas inilah yang menjadi kunci sukses Mobile Legends. Esports tiba-tiba tidak lagi eksklusif. Anak-anak di pedesaan, para pekerja kantoran di jam istirahat, siapa saja yang punya smartphone bisa ikut merasakan sensasinya. Dampaknya? Ledakan jumlah pemain dan penonton yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Moonton sangat cerdas dalam membangun ekosistem mereka. Mereka tidak hanya merilis game, tetapi juga menciptakan sebuah sirkuit kompetisi yang lengkap, dari turnamen skala kecil hingga M2 World Championship, yang mengejutkan banyak pihak ketika diselenggarakan di Jakarta, Indonesia.
Ini adalah momen kebanggaan nasional. Tim RRQ Hoshi berhasil menjadi juara dunia M2 di kandang sendiri, di tengah pandemi yang disiarkan secara virtual. Kemenangan ini bukan hanya sekadar trofi. Ini adalah validasi bahwa Indonesia adalah sebuah kekuatan di dunia esports global. Pemain seperti Alberttt, Wannn, dan Vynn menjadi selebritas instan, wajah mereka terpampang di iklan, dan mereka menjadi panutan bagi jutaan anak muda.
Era Mobile Legends juga menandai masuknya sponsor-sponsor besar. Brand-brand ternama seperti Telkomsel, Indomie, hingga bank-bank nasional mulai melihat potensi pasar yang luar biasa di esports. Tim-tim tidak lagi hanya bergantung pada hadiah turnamen, tetapi juga pada kontrak sponsorship yang nilainya terus meningkat. Industri esports secara resmi telah menjadi bisnis yang menguntungkan.
Babak 4: Profesionalisme dan Panggung Megah – Era PUBG Mobile dan PON XX Papua
Eksistensi Mobile Legends membuka pintu bagi game-game mobile lain untuk bersinar. PUBG Mobile, dengan genre battle royale-nya, menjadi fenomena tersendiri. Gameplaynya yang tegang, strategis, dan penuh kejutan menarik audiens yang berbeda dari Mobile Legends, namun sama-sama besar.
Era PUBG Mobile adalah era di mana esports Indonesia benar-benar menunjukkan taringnya di panggung internasional. Tim-tim seperti RRQ Ryu, Bigetron Red Aliens, dan ONIC Olympus secara konsisten mendominasi berbagai turnamen dunia, dari PMPL (PUBG Mobile Pro League) hingga PMGC (PUBG Mobile Global Championship). Mereka tidak hanya ikut serta, mereka sering kali keluar sebagai juara.
Puncak dari profesionalisasi dan pengakuan ini terjadi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, esports dipertandingkan sebagai cabang olahraga eksibisi di event multi-cabang olahraga terbesar di Indonesia. Ini adalah sebuah pencapaian monumental. Para atlet esports, yang dulu bermain di warnet, kini berlaga mewakili provinsi mereka, dengan medali emas, perak, dan perunggu menjadi taruhannya.
Dan kemudian, tibalah kita pada momen yang paling ikonik: turnamen esports di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Panggung yang biasanya dihuni oleh legenda sepakbola Indonesia atau konser musik dunia ini tiba-tiba dipenuhi dengan LED screen, booth booth sponsor, dan sorakan ribuan penonton yang memadati tribun untuk menyaksikan pertandingan game. Final turnamen Mobile Legends atau PUBG Mobile yang diselenggarakan di GBK adalah simbol sempurna dari evolusi ini. Dari ruangan ber-AC yang pengap di warnet, kini para atlet bermain di panggung yang sama dengan para atlet olahraga konvensional. Ini adalah bukti nyata bahwa esports telah tiba, telah diterima, dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya populer Indonesia.
Kesimpulan: Perjalanan yang Masih Panjang
Melihat ke belakang, perjalanan esports Indonesia sungguh menakjubkan. Dari sekadar kumpul-kumpul anak muda yang menghabiskan uang jajan di warnet, kini telah berkembang menjadi industri bernilai miliaran rupiah dengan jutaan penggemar. Telah lahir atlet-atlet muda yang berprestasi, caster-caster karismatik, dan content creator yang kreatif.
Evolusi ini didorong oleh beberapa faktor kunci: aksesibilitas teknologi (dari PC ke mobile), dukungan publisher yang giat dalam membangun ekosistem, masuknya modal dari sponsor besar, dan yang terpenting, passion yang tak pernah padam dari komunitas gamer Indonesia itu sendiri.
Perjalanan ini belum berakhir. Esports terus berkembang dengan munculnya game-game baru dan format kompetisi yang lebih inovatif. Tantangan ke depan, seperti regulasi, kesejahteraan atlet, dan pengembangan talenta muda, masih harus dihadapi. Namun satu hal yang pasti, fondasinya sudah sangat kuat. Dari warnet DotA 1 hingga panggung GBK, esports Indonesia telah menulis babaknya sendiri dalam sejarah, dan kita semua adalah saksinya.
Penasaran sama kabar gaming terbaru? Yuk, kunjungi idngaming.com, portal berita game Indonesia yang selalu update dengan info terkini, turnamen seru, dan profil atlet esports kesayangan kalian. Jangan sampai ketinggalan hype
